Kebudayaan Ambon Matakuliah Kebudayaan Indonesia
B. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN
HIDUP
Peralatan
dan perlengkapan orang orang Ambon dibagi
menjadi 2 bagian, yaitu
Peralatan pada zaman dulu dan
peralatan zaman sekarang
C. SISTEM MATA PENCAHARIAN
Orang-orang
Ambon pada umumnya mayoritas mereka bertani di
lading. Dalam hal ini, sekelompok orang membuka sebidang tanah di hutan, dengan
cara menebang pohon – pohon di hutan dan dengan membakar batang – batangnya
serta dahan yang telah kering. Ladang yang dibuka dengan cara ini hanya diolah
dengan tongkat, kemudian ditanami tanpa irigasi kemudian ditanami
kacang-kacangan dan ubi ubian.
Makanan
mayoritas orang Ambon adalah sagu, tapi zaman
sekarang beras sudah biasa mereka makan, tetapi belum menggantikan sagu
seluruhnya. Pohon sagu tidak perlu ditanam dan dipelihara karena pohon sagu
telah berkembang dan hidup di pulau pulau Maluku serta di rawa rawa juga sangat
banyak.
Di
daerah lereng lereng gunung orang juga menanam kentang walaupun hasilnya tidak
banyak, kebiasaan menanam kentang itu berasal dari orang orang Belanda, tanaman
pengaruh orang Belanda adalah kopi yang banyak tumbuh di Lisaba, Amahai, dan
Manipa.
Banyak
penduduk menanam tembakau untuk dipakai sendiri, mereka menanam di pekarangan
rumah, dibawah cucuran atap sehingga kalau turun hujan, air hujan tersebut
langsung menyiram tanaman tembakau tersebut, daun tembakau lebat dan kuat.
Orang membuat tembakau dengan memotong motong halus daun tembakau tersebut
kemudian dijemur di terik mentari supaya kering.
Orang
Ambon juga menanam tebu, singkong, jagung, dan
kacang kacangan. Sedangkan buah buahan yang ditanam antara lain pisang, mangga,
manggis, gandaria, durian, cengkih juga ditanam oleh orang Ambon .
Cengkih sangat mudah perawatannya tetapi harganya cukup tinggi.
Hasil
bumi tersebut bila berlebih akan dijual kepada orang lain, dengan demikian
orang tersebut mendapat upah dari hasil penjualan, serta memperoleh uang untuk
membeli kebutuhan sehari hari, bayar pajak, membiayai sekolah anak anak mereka
serta membeli alat alat pertukangan.
Di
samping pertanian, orang Ambon juga memburu
rusa, babi hutan, dan burung kasuari. Mereka menggunakan lembing yang
dilontarkan dengan jebakan dan dengan cara memburu secara langsung menguunakan
panah atau senjata api.
Penduduk
di daerah pantai mayoritas mereka adalah nelayan dan menangkap ikan. Perahu
mereka dibuat dengan satu batang kayu dan dilengkapi dengan cadik, perahu ini
dinamakan dengan perahu semah. Perahu yang baik adalah perahu yang terbuat dari
papan dan dibuat oleh orang Ternate , dinamakan
pakatora. Perahu perahu besar untuk berdagang dinamakan jungku atau orambi.
G. SISTEM KEPERCAYAAN ATAU RELIGI
Pada
umumnya penduduk Maluku Tengah beragama Nasrani dan minoritas beragama Islam,
walaupun mereka telah memeluk agama Islam dan Nasrani tapi mereka masih nampak
sisa sisa religi sebelum agama Islam dan Nasrani muncul. Mereka masih percaya
akan adanya roh roh yang harus dihormati dan diberi makan, minum dan tempat
tinggal agar mereka tidak mengganggu bagi orang yang masih hidup di dunia ini.
Untuk
masuk baileu misalnya mereka harus melakukan upacara lebih dahulu untuk meminta
izin kepada roh nenek moyang yang ada di Baileu. Adapun orang yang ikut dalam
upacara tersebut adalah tuan negeri atau sesepuh. Orang yang masuk baileu harus
memakai pakaian hitam serta kalung warna merah yang dikalungkan ke bahu. Zaman
sekarang orang Ambon telah meninggalkan
upacara memanggil roh nenek moyang, kurban kurban yang dipersembahkan kepada
roh nenek moyang serta pemujaan roh nenek moyang.
Orang
Ambon mengenal upacara cuci negeri yang pada
umumnya sama dengan upacara bersih desa yang dilakukan orang di pulau Jawa.
Semua penduduk desa harus membersihkan sesuatu dengan cara yang baik dan benar.
Bangunan bangunan yang harus dibersihkan adalah Baileu, rumah rumah warga dan
pekarangan, bila tidak dilakukan dengan benar maka akan ada sangsinya yaitu
mereka akan jatuh sakit. Seluruh warga desa akan terkena wabah penyakit atau
panennya gagal.
Orang
Maluku Tengah pada umumnya mengenal upacara pembayaran kain berkat, yang dilakukan
oleh klen penganten laki laki, kepada kepala adat dari desa penganten
perempuan, pembayaran itu berupa kain putih serta minuman keras atau tuak,
kalau hal ini dilupakan keluarga muda ini akan menjadi sakit dan mati.
Di
desa desa Ambon yang beragama Islam kita
melihat adanya dua golongan penganut yang disamakan dengan Islam di Jawa yaitu misalnya abangan atau
santri. Di negeri Kailolo mayoritas penduduknya adalah santri, bulan puasa di
beritahukan oleh imam atau disebut saniri negeri. Demikian pula dengan lebaran
haji setelah kepala negeri atau saniri negeri mengetahuinya, maka imam imam
negeri tersebut harus menyampaikan kepada umat Islam di sana.